Sabtu, 24 Maret 2012

KUBUR MEGALITIK, POTRET KAMPUNG ADAT SUMBA TENGAH




KUBUR MEGALITIK
Keunikan perkampungan adat terhias dengan berbagai kubur batu yang berada di tengah perkampungan, batu kubur tersebut tidak mempunyai nama ataupun nisan, hanya terdapat berbagai ornamen atau relief berupa ukiran hewan-hewan yang merupakan bagian dari adat istiadat Sumba yang tidak dapat di pisahkan, seperti kerbau, ayam, anjing, kuda. Terdapat juga berbagai ornamen yang melambangkan simbol budaya yang sering di gunakan pada kegiatan adat seperti mamoli, parang, tombak, tombak.
Ornamen-ornamen tersebut mempunyai nilai budaya yang tinggi. Keunikan lainnya adalah kebanyakan Kubur-kubur batu tersebut di dalamnya mempunyai ruang yang besar karena di semayamkan bukan untuk seorang saja tetapi di siapkan untuk beberapa orang yang masih bertalian keluarga, mereka di letakkan pada satu ruang untuk di semayamkan. Pintu kubur batu terletak pada bagian penutup atau atap kubur, fungsinya adalah akan di buka bila ada seseorang yang meninggal dunia yang masih mempunyai hubungan darah untuk di gabungkan dengan orang yang telah mendahuluinya. Bagi penganut kepercayaan Marapu, esensi hidup adalah mencari berkah dengan selalu meminta petunjuk bila akan melakukan sesuatu dan mensyukurinya bila mendapatkan hasil yang memuaskan, dan mati adalah berpindah tempat dari kehidupan di alam ke tempat yang suci (gaib).
Terdapat 2 sumbu utama yang menjadi pilar hubungan, yakni rumah adat (Uma Marok) merupakan tempat tinggal orang hidup dan rumah dari batu (Uma Mati) tempat tinggal orang yang telah meninggal dunia dan pola untuk menjaga ataupun berhubungan antara orang hidup dengan orang mati adalah lewat ritual adat. Hal ini di lakukan untuk menghormati keberadaan mereka di alam gaib agar manusia selalu mendapat berkah sekaligus menolak bala atau murka.
POTRET KAMPUNG ADAT

Kemasyhuran kampung-adat di Sumba dengan berbagai konstruksi bangunan yang unik dengan ditopang 4 sampai 6 tiang batang pohon sebagai penyanggah yang merupakan pilar utama dari rumah tersebut dan hanya diikat menggunakan tali rotan sebagai perekat dengan tiang-tiang pendukung lainnya adalah arsitektur tradisional yang bernilai tinggi, telah banyak penelitian yang dilakukan untuk meneliti lebih mendalam kekokohan dan keunikan bangunan rumah adat tersebut.

Pelataran perkampung adat di bumi sandelwood, pada umumnya terdapat dataran linear yang berkontur (garis bentuk) tinggi, ± 80% dataran perkampungan terbentuk dari berbatuan dan tanah yang keras dan tidak ditemukan vegetasi didalamnya, vegetasi hanya ditemukan pada bagian lereng bukit perkampungan, seolah menjadi garis pembatas dengan dataran di puncak bukit, dimana massa bangunan berada. Sehingga, ruang perkampungan terbentuk dari tatanan massa bangunan, kubur batu, kandang dan beberapa bagian kecil ruang kosong tempat berkeliarannya ternak kecil peliharaan masyarakat.
Ada titik-titik tertentu yang sakral dan atau keramat dalam konteks kepercayaan Marapu. Terbentuk ruang bersama pada tengah dataran, karena tatanan massa bagunan yang bejejer dikiri dan kanan, dengan orientasi saling berhadap-hadapan. Di tengah ruang bersama terdapat kubur-kubur
batu peninggalan nenek moyang, cerminan sejarah manusia purba. Antara tatanan massa bangunan dan kubur batu berbentuk sirkulasi di dalam kampung yang berfungsi sebagai jalan/lorong di dalam kampung.
Kampung-kampung adat tersebut tak dapat dipisahkan dan dilepaskan dari adat-istiadat dan budaya yang telah ikut menjaga keasrian dan keaslian rumah-rumah adat hingga sekarang, letaknya yang pada umumnya berada di dataran tinggi (bukit) dan dikelilingi pepohonan, terkesan di dalamnya terdapat kehidupan yang bersosial tinggi, tradisional dan jauh dari kehidupan modernisasi.
Pola kehidupan orang Sumba sesungguhnya terdapat di perkampungan adat, penokohan seseorang (Rato) yang secara turun temurun memimpin berbagai kegiatan adat adalah pola pemimpin aristokrasi yang dipercaya telah turut menjaga hubungan antara manusia dengan alam dan penguasa alam (Marapu), hal ini diwujudkan dengan berbagai ritual adat yang melambangkan adanya sinkronisasi antara manusia dengan alam.
Hegemoni adat telah mengikat dan mengontrol pola hidup sosial masyarakat agar selalu patuh pada aturan-aturan adat yang telah disepakati bersama. Pola kehidupan kekeluargaan yang sangat tinggi ini adalah pilar yang melestarikan tradisi-tradisi adat untuk tetap terjaga, adanya kepatutan pada nilai-nilai kesalehan yang terwujud pada karakter hubungan sosial, hal ini merupakan ciri khas kehidupan pada perkampungan-perkampungan adat.


Walaupun terkesan angker dan menyeramkan karena di beranda kampung adat terdapat kubur-kubur batu, namun pesona ketradisional dan keunikan merupakan sisi tersendiri yang jelas terekam dari luar bahwa dahulu penghormatan pada leluhur sangat tinggi. Para tokoh-tokoh adat yang meninggal disemayamkan didepan rumah, ini adalah bukti penghormatan yang tinggi atas keberadaan mereka selama masa hidup.
Mereka adalah tokoh-tokoh kharismatik, yang memimpin ritual-ritual adat (sebagai penghubung antara manusia dengan Marapu), mereka juga adalah panutan masyarakat, kemampuan dalam berkomunikasi dengan roh-roh gaib adalah contoh bahwa kepemimpinan mereka tergolong unik dan berkarakter penjiwaan (kepercayaan yang kuat pada sesuatu yang dianggap suci).
Seperti pada umumnya di tempat lain di Pulau Sumba, Sumba Tengah juga memiliki beberapa kampung adat yang khas dan unik, yang memilki corak kekhasan, kampung-kampung tersebut memiliki riwayat cerita tersendiri, walaupun banyak cerita sejarah yang hilang karena tidak seluruhnya dituliskan, namun bukti-bukti fisik seperti batu kubur dan rumah-rumah adat menunjukan bahwa dahulu terjalin hubungan yang harmonis antar manusia sendiri dan manusia dengan roh-roh leluhur berupa penghormatan pada tempat-tempat yang disakralkan, dan manusia percaya apabila para leluhur (Marapu) di hormati maka manusia pun akan tetap sejahtera dan terus diberikan berkah.

Intinya, kepatutan pada sesuatu yang dianggap suci akan ikut menjaga keharmonisan antara alam dan manusia, artinya alam akan selalu memberikan kehidupan pada manusia misalnya lewat hasil panen padi yang baik, maka selayaknyalah manusia mengucap syukur dan berterima kasih pada alam lewat ritual atau upacara adat.harus melewati jalan menanjak dengan jarak tempuh 20 menit dengan berjalan kaki dari kampung Kabonduk, kampung ini terkesan terasing dari dunia luar, keaslian kehidupan tradisional sangat terasa di kampung ini, hanya terdapat beberapa buah rumah yang terpisah antara satu dengan yang lainnya, berbagai kubur batu dengan berbagai bentuk terdapat di kampung ini, di ujung kampung terdapat 2 buah bangunan tempat pelaksanaan Ritual adat Purungu Ta Kadonga Ratu, yakni rumah kilat tempat dilakukan ritus adat oleh para tetua adat (Rato) dan rumah pertemuan berbagai Kabisu (suku). Keunikan lain terdapat sebuah tambur kuno yang bagian atasnya berasal dari kulit manusia, menurut cerita, kulit itu adalah musuh yang berhasil di bunuh pada suatu pertempuran.
Beberapa perkampungan adat:
A. KAMPUNG LAI TARUNG
Menyebut kampung Lai Tarung yang terlintas adalah sebuah kampung tempat pelaksanaan ritual adat Purungu Takadonga Ratu. Kampung ini terletak di Desa Makatakeri, kecamatan Katiku Tana, untuk mencapai kampung ini Suasana kampung yang asri dengan bangunan arsitektur Sumba merupakan pola kehidupan yang mengandung nilai-nilai historis budaya yang tetap terjaga keberadaannya.
Kampung Lai Tarung ini telah masuk pada Cagar Budaya Nasional, yang berpusat di Bali, di bawah naungan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
KAMPUNG ADAT KAMBA DJAWA
Letaknya di Desa Umbu Pabal, Kecamatan Umbu Ratu Nggay Barat, sekitar 30 menit ke arah utara dari Ibu Kota Waibakul, jalan menuju kampung ini masih berupa pengerasan dengan jalan menanjak namun dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun empat. Kampung ini terdapat Upacara adat Purung Taliang Marapu, bangunan adat berupa rumah kilat (rumah Marapu) terdapat di tengah kampung, rumah sakral ini tempat dilakukan ritus pada upacara adat tersebut. Kehidupan yang arif dengan pesona alam dapat dilhat dari kampung tersebut merupakan keeksotian yang mengundang kekaguman pada keindahan alam yang terbentang di bawah kampung ini. Kepatutan masyarakat adat pada nilai-nilai leluhur di ungkapkan lewat ritual adat Purung Taliang Marapu.

C. KAMPUNG WAWARONGU
Terletak di Desa Mananga, Kecamatan Mamboro, aroma mistik terpancarkan dari kampung ini, rumah-rumah asli berarsitektur bangunan Sumba disertai beberapa kubur batu yang berada di tengah-tengah kampung, salah satu kubur batu adalah makam Umbu Tonga Rara Meha (orang pertama yang mendiami kampung ini). Upacara adat Tonna Usu Manua (memanggil ayam hutan dan memberi makan di telapak tangan sang pemanggil) berlangsung di kampung ini. Kemistikan kampung ini sangat terasa dengan keberadaan rumah kilat (Marapu) di tengah perkampungan tempat pelaksanaan ritual adat, di salah satu buah rumah tersimpan benda-benda yang dikeramatkan seperti beberapa buah gong dan tambur yang di gantungkan didalam rumah tersebut, gong dan tambur ini merupakan yang pertama dibuat, yang dahulu di gunakan oleh para leluhur kampung ini pada kegiatan-kegiatan adat. Di salah ruangan pada rumah ini terdapat benda-benda lain berupa piring yang sangat dikeramatkan, tidak semua orang di ijinkan melihatnya, hanya pada saat tertentu para tetua adat melakukan ritual khusus untuk membuka dan melihatnya, semua benda-benda yang dikeramatkan pada rumah tersebut tidak di bolehkan untuk di bawa keluar dari tempatnya. Di ujung barat kampung ini terdapat rumah sang pawang buaya, pawang inilah yang pada saat tertentu melakukan ritual khusus untuk memanggil buaya keluar dari sungai yang berada di belakang kampung ini untuk melakukan persembahan sesuai dengan kepercayaan Marapu masyarakat setempat. Kampung Wawarongu ini memiliki keunikan lainnya yaitu terdapatnya kepala manusia tanpa badan yang masih utuh dengan rambutnya yang di letakkan di sebuah wadah dan ditutupi dengan alang-alang, tidak diketahui secara pasti kapan dan bagaimana kepala manusia tersebut berada di kampung ini, namun menurut cerita, badan dari kepala tersebut berada di sebuah keraton di pulau Jawa.
D. KAMPUNG MANUA KALADA
Terletak di Desa Wendewa Timur, Kecamatan Mamboro, kampung ini merupakan kampung adat tertua atau biasa di sebut juga kampung Raja karena merupakan tempat Raja Mamboro bertahta dan di makamkan, letak kampung ini berada pada ketinggian yang dapat di lalui menggunakan kendaraan roda dua maupun empat, beberapa rumah adat telah mengalami perubahan terutama pada atap rumah yang telah berganti seng namun tetap memiliki keeksotian ketradisional kehidupan Sumba, di banding kampung-kampung adat lainnya, kampung manua Kalada memiliki beranda yang luas yang ditengahnya terdapat berbagai kubur batu. Kampung ini memiliki ritual adat Tonna Usu Manua yang diselenggarakan setiap awal hujan yang ditandai dengan bunyi petir atau guntur, ritual ini dilaksanakan untuk menolak Bala ( murka atau bencana) kegiatan ritual ini adalah dengan mengadu 2 ekor jantan putih dan hitam.
TARIAN
Ungkapan-ungkapan olah tubuh lewat tarian merupakan ekspresi jiwa yang penuh makna dan
pesan. Salah satunya adalah Tarian-tarian adat yang merupakan ungkapan yang ketulusan pada sesuatu yang di anggap sakral dan suci, tarian adat tetap terjaga secara turun temurun karena kesakralan dan identitas budaya yang mengiringinya. Di bawah ini adalah tarian adat yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumba Tengah:

A. KATAGA
Pada jaman dahulu tari kataga merupakan tarian penyambutan pahlawan yang pulang dari medan perang yang dilakukan oleh sekelompok pria dengan menggunakan parang, tameng berbalutan kain adat dengan cara berbanjar. Namun pada saat ini tari Kataga sering di pertunjukkan dalam acara-acara penyambutan tamu agung atau pejabat ataupun pada acara khusus seperti nikah dan lain-lain, dalam tarian ini terdapat pekikan khas (pakalak) untuk membangkitkan semangat.
B. HERUNG LABA
Tari ini adalah tarian pemujaan/ penyembahan kepada Marapu (Leluhur). Dahulu tarian Herung Laba merupakan penghormatan tertinggi kepada Merapu dan sering dipertunjukkan pada acara pembukaan ritual adat “Purung Takadonga Ratu” , tarian ini dilakukan oleh sambil melantunkan syair-syair adat oleh seorang pria sambil memukul tambur lalu seorang pria dan wanita menari. Namun saat ini Herung Laba merupakan tarian muda mudi dalam mencari jodoh dan terkesan menjadi tarian jenaka.
C. REJA
Tarian Reja adalah tarian kegembiraan, yang di pertunjukkan pada saat membangun rumah atau membawa hasil panen kepada Marapu, dan lain-lain. Bentuk penyajiannya adalah pria dan wanita bergandeng tangan menari sambil bernyanyi diiringi irama gong dan tambur.
D. TARIAN KAYAWARA
Kayawara artinya tarian pembatas, yaitu tarian yang membatasi antara saat dimulainya dan diakhirinya suatu acara budaya. Kayawara adalah salah satu tarian adat Mamboro yang pada mulanya dipentaskan pada acara-acara ritual, seperti pada acara pembuatan rumah adat dan Samboru Adung (kayu ukir bersejarah yang dipajangkan didepan rumah adat kampung). Dua orang penari laki-laki dan satu penari perempuan, menari dengan serasi mengikuti irama gong. Para penari memakai pakaian adat Mamboro dengan perangkat lengkap.
Penari laki-laki berpakaian putih dan penari perempuan berbusana hitam serta kelengkapannya.
E. NENGGU SARAMA
Nenggu: tarian
Sarama : Ronggeng, gerakan yang menggambarkan suatu suasana gembira.
Nenggu Sarama artinya tarian yang menggambarkan kegembiraan.
Nenggu Sarama adalah salah satu tarian tradisional yang pada zaman dahulu dipentaskan pada upacara menyambut para pahlawan yang pulang dari medan perang. Para penari mengenakan pakaian adat lengkap.
F. NA RENGU
Na : waktu itu, dahulu kala
Rengu : kebersamaan
Na Rengu berarti tarian kebesaran dan kebersamaan yang diiringi sebuah lagu atau ungkapan rasa kebersamaan atau janji kebesaran sejak dahulu kala. Na Rengu ditampilkan dalam 3 (tiga) bentuk gerakan yang masing-masing mengandung makna tersendiri yang tidak dapat dipisahkan, dalam suasana berbaris dan berpasang-pasangan dan pinggang laki-laki dipegang oleh perempuan
PESONA ALAM
Salah satu kekayaan alam di Sumba Tengah yang sangat luar biasa adalah pantai dan air terjun. Keindahan pantai baik di sebelah selatan maupun utara merupakan pemandangan yang menakjubkan, gulungan ombak yang menantang untuk berselancar atau pun kekayaan bawah laut dengan berbagai terumbu karang adalah sisi lain yang di dapatkan bila melakukan kegiatan wisata bahari.
Salah satunya adalah Pantai Kapulit di Kecamatan Mamboro, sekitar 5 km ke arah utara, pantai ini memiliki keindahan laut yang menarik, pasir putih terbentang dari arah barat hingga timur. Akses jalan yang cukup baik memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke pantai ini.
Seperti pantai, air terjun juga memilki daya tarik yang menakjubkan, seperti pada gambar di bawah ini, yaitu air terjun Mbola, Letaknya sekitar 5 km dari pusat Kecamatan Ratu Nggay Barat, Kabupaten Sumba Tengah, menuju lokasi air terjun harus melewati kawasan hutan lalu menyusuri aliran sungai sekitar 15 menit perjalanan, akses jalan yang menantang menjadi kenikmatan tersendiri bagi para pecinta alam, suasana hutan yang alami dan jernihnya aliran air sungai merupakan kombinasi alam yang terkesan harmonis. Hutan yang alami dengan berbagai jenis pohon disisi kanan dan kiri sungai menambah khazanah air terjun tersebut. Air terjun Mbola merupakan obyek wisata yang eksotis, dengan ketinggian sekitar 30 meter dari tempat air jatuh merupakan pemandangan yang menakjubkan. 

MATAYANGU
Terletak di Kec. Katikutana Selatan, Di desa Manurara, berjarak ± 10 Km dari Ibu Kota Waibakul, dapat ditempuh dengan kendaraaan roda dua maupun empat dan kemudian berjalan kaki sekitar 30 menit, air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 50 meter, tempat ini sangat eksostis, dan salah satu unggulan obyek wisata alam di Kabupaten Sumba Tengah.

PANTAI AILI, KONDA DAN MALOBA
Terletak sekitar ± 25 km di sebelah selatan dari kota Waibakul, dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, keeksotian ketiga pantai tersebut dengan keindahan pasir putih yang bersih mengundang kekaguman para pelancong yang datang berkunjung. Ketiga pantai tersebut berada saling berdekatan namun memiliki keunikan masing-masing. Pantai Aili memiliki batu karang yang berada di pesisir pantai merupakan pesona tersendiri.
Pantai Konda memiliki keunikan tersendiri karena memiliki pasir hitam yang berbeda dengan pantai lainnya pada umumnya yang memiliki pasir putih, pantai ini sering di gunakan wisatawan untuk melakukan kegiatan bahari seperti memancing dan berselancar.
Pantai Maloba memiliki bentangan pasir yang sangat luas dengan keunikan batu karang yang dipuncaknya terdapat makam, berjalan diatas pantai tersebut seperti berjalan diatas lantai yang tidak meninggalkan bekas kaki, pasir tersebut memiliki permukaan yang keras sehingga memudahkan orang ataupun kendaraan berjalan diatas pasir.
Keindahan ketiga pantai tersebut merupakan aset berharga Kabupaten Sumba Tengah untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara untuk datang berkunjung.


2 komentar:

  1. Bila mengingkan dalam bentuk bahasa inggris silahkan pos komentar/permintaan.

    BalasHapus
  2. Salam sejatera bagi kita semua rakyat SUMBA TENGAH yang tercinta.
    Marilah kita sebagai pemuda SUMBA TENGAH menjaga, melindungi,dan melestarikan adat istiadat cagar Budaya kita tetap lestari supaya tidak puna, atau hilang dari anak cucu SUMBA TENGAH......

    ...................................By FEDERINGKO UMBU JAWA n, KAROLUS B.U. DEMU

    BalasHapus